Selasa, 07 Agustus 2012
Browse » Home »
Esai Warung Kopi
» Kopi Sindikat Baca
Kopi Sindikat Baca
Oleh Nanang Fahrudin
Jika kau menyukai kopi sepertiku, sekali-kali mampirlah menikmati secangkir kopi. Kopi Sindikat Baca. Kau pasti akan menemukan sesuatu yang berbeda. Buku-buku berserakan, kain sarung menggantung, lampu ruangan menempel di komputer, dan setumpuk “ketidakberesan” tata ruang.
Tapi jangan keliru, “ketidakberesan” Kopi Sindikat Baca adalah bukan ketidakberesan menata negara. Bukan. Ini hanya soal selera saja. Kadang secangkir kopi yang hadir tanpa ditemani tutup cangkir. Atau piring tiba-tiba menggantikan lepek. Dan aku menyukai selera begini. Ketidakberesan yang hadir dalam suasana minum kopi, menjadikan kopi lebih terasa nikmat.
Di mana Kopi Sindikat Baca?. Bersabarlah kawan. Aku pasti menceritakan semua tentangnya untukmu. Kau tahu kan, aku sangat suka bercerita tentang kopi, seperti dirimu yang menyukai berbincang tentang sastra.
Kopi itu selalu ada. Ia menemani teman-teman di Sindikat Baca. Kopi itu selalu tersedia di Rumah Baca Jalan Monginsidi Gg Baru No 1 Bojonegoro. Datanglah sekali-kali ke alamat ini. Tangan-tangan Awe, Tohir, Ngek, Kuprit, dkk akan ramah menyiapkan kopi untukmu. Kopi kesederhanaan, lengkap dengan “ketidakberesan” tadi.
Dan kopi itu selalu datang bersama obrolan-obrolan ringan tentang buku-buku dan coretan-coretan para sastrawan. Kopi itu juga sering menemani malam yang dingin, siang yang panas, atau sore yang hangat.
“Aku lagi asyik membaca buku-buku pemikiran. Masih kurang berminat dengan buku-buku sastra,” kata Awe. Ia sibuk menata klipingan koran yang memuat karya-karya pegiat Sindikat Baca.
“Buku di Yogya cukup murah. Ada buku Gadis Pantai karya Pram (Pramoedya), tapi khawatir buku itu bajakan,” kata Tohir suatu ketika. Maklum, ia baru saja memborong buku-buku dari Yogyakarta. Sampai-sampai, dia juga membuat perpustakaan pribadi di kamarnya.
Ah, Kopi Sindikat Baca memang inspiratif. Tak ada harga, tak ada transaksi. Karena kopi itu kopi persahabatan. Dan kau pasti tahu, kopi paling enak adalah kopi yang hadir bersama keakraban dan kebersamaan. Dan Kopi Sindikat Baca selalu hadir dengan wajah demikian.
Sekali lagi, jika kau menyukai kopi seperti aku menyukainya, datanglah ke Sindikat Baca. Pesanlah kopi, jangan teh apalagi air putih. Tapi ingat, Sindikat Baca bukan warung kopi. Sindikat Baca adalah sebuah gerakan literasi di Bojonegoro yang “mengada” tahun 2009 lalu. Salam!.
Bojonegoro, 7 Agustus 2012
Label:
Esai Warung Kopi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar