Senin, 19 September 2016

Kawabata dan Kisah Cinta yang Menyedihkan

(Catatan Pendek membaca buku Kecantikan dan Kesedihan karya Kawabata)

Oleh: Nanang Fahrudin

“Kisah cinta yang dihadirkan terlalu menyedihkan. Dan balas dendam itu sungguh mengerikan,” kataku dalam hati saat menutup halaman terakhir buku Kecantikan dan Kesedihan karya Kawabata.  Kereta Pramex terus melaju meninggalkan Surakarta jauh di belakang, bergerak menuju Yogyakarta.  Aku duduk di salah satu bangku dekat pintu. Buku kututup. Pandangan kualihkan keluar, lewat jendela kaca.

Pikiranku masih terbawa oleh kisah-kisah yang dihadirkan oleh Kawabata. Aku mengagumi cara penceritaannya yang indah. Meski yang diiceritakan adalah sesuatu yang mengerikan. Bagiku, buku ini lebih menemukan bentuk ceritanya dibandingkan dengan dua buku lain yang sebelumnya kubaca (Rumah Perawan, dan Daerah Salju).

Kecantikan dan Kesedihan berkisah tentang hubungan cinta antara Oki dan Otoko. Oki adalah laki-laki yang sudah berumahtangga dan punya anak, sedang Otoko adalah gadis berusia 16 tahun. Otoko lalu hamil dan melahirkan bayi. Sayang, bayinya meninggal sesaat setelah dilahirkan. Otoko sakit dan lemah. Oki merawatnya hingga ia sembuh. Namun, ketika Otoko sembuh, ia dipaksa menjauhi Oki dan pindah rumah. Beberapa kali Otoko hendak bunuh diri.  Mereka pun berpisah.

Namun, perpisahan itu bukan akhir cerita. Oki kembali kepada istrinya. Sedang Otoko tinggal di Tokyo. Dan kisah pun berlanjut. Oki menulis sebuah novel yang diinspirasi oleh kisah cintanya dengan Otoko. Novel itu berjudul ‘Gadis Enam Belas Tahun’ dan laris di pasaran. Oki kemudian menjadi penulis terkenal.

Sedang Otoko menjadi seorang pelukis terkenal dan punya beberapa murid. Salah satu muridnya bernama Keiko, gadis cantik namun sifatnya penuh misteri. Otoko dan Keiko hidup serumah. Mereka menjalin hubungan kasih. Tidur bersama, mandi bersama, meski sama-sama perempuan. Dan sepanjang pembacaanku (entah kalau terlewat), Kawabata tak pernah menyebut mereka lesbian. Seakan ia membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri hubungan Otoko-Keiko tersebut.

Singkat cerita, Keiko lah yang hendak membalas dendam  terhadap Oki dan keluarganya. Balas dendam yang didasari oleh rasa cintanya yang tak terbatas kepada Otoko. Otoko sendiri sudah beberapa kali melarang balas dendam itu. Karena baginya Oki adalah sebuah cinta yang tak bisa dijabarkan. Ia yang membuat dirinya hancur, tapi tak pernah ada rasa benci di hatinya.

Tapi Keiko adalah gadis yang keras dan penuh misteri. Ia pun mendekati Oki sekaligus mendekati Taichiro, anak laki-laki Oki. Pada sebuah sore, Taichiro diajak Keiko berwisata di danau. Kisah berakhir dengan kematian Taichiro yang mengalami kecelakaan sampan. Keiko sendiri terselamatkan dan dirawat di rumah sakit. Balas dendam yang mengerikan bukan?

Ah sudahlah. Aku harus mencoba untuk keluar dari buku tersebut dan melihatnya dari sisi luar. Pertama-tama, buku itu aku sandingkan dengan Rumah Perawan dan Daerah Salju. Semuanya menawarkan imajinasi yang liar dengan bahasa yang indah memikat. Mungkin itu kepiawaiannya sebagai pengarang Jepang. Membaca karya Kawabata adalah membaca Jepang dengan manusia-manusianya. Banyak sekali cara pandang, budaya, dan istilah Jepang yang masuk.

Kedua, kucoba menyandingkan karya Kawabata dengan karya-karya penulis Jepang lainnya. Seperti Kuil Kencana karya  Yukio Mishima, atau Rahasia Hati karya Natsume Soseki. Kok rasa-rasanya ada napas yang mirip, yakni budaya Jepang yang kental banget. Dan itu...cara menceritakan yang agak lambat. Kawabata di novel Kecantikan dan Kesedihan ini terbilang agak cepat. Tapi di Rumah Perawan dan Daerah Salju, cara menceritakannnya cukup lambat dan tenang.

Wah, pada awalnya aku ingin membikin catatan yang pendek banget. Tapi kok nyatanya lebih dari satu halaman. Ya sudahlah. Buku ini menarik untuk dibaca. Sayang harganya lumayan tinggi untuk ukuran buku kecil 310 halaman. Mungkin karena penerjemahnya adalah Max Arifin dan diterbitkan oleh Mahatari yang membuat buku ini agak mahal. Tapi beruntunglah aku dapat buku ini seharga Rp 15.000. Murah kan?



0 komentar:

 
© Copyright 2035 godongpring