OLEH : NANANG FAHRUDIN
(Dimuat Koran Seputar Indonesia Edisi Jatim, Senin 19 September 2011)
Bisa klik juga di : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/428949/
Masihkah anda terus mengikuti berita-berita korupsi di media massa akhir-akhir ini?.Lalu bagaimana kesan anda dengan gerakan pemberantasan korupsi di negeri ini?. Maaf,saya tidak bermaksud melakukan survei ke anda,untuk kemudian saya munculkan ke media massa agar menjadi opini publik yang terus menggelinding seperti bola salju.Semakin jauh menggelinding,maka semakin besar pula bola salju itu.
Seorang tokoh sekaligus budayawan pernah menuturkan, negeri ini sedang bergerak tidak normal.Sehingga jalan-jalan normal sudah tidak bisa lagi diharapkan. Kalau perlu harus ada operasi caesar untuk melahirkan perubahan negeri ini agar lebih baik.Bayangkan,katanya,kalau dengan jalan normal maka perlu waktu 300 tahun untuk memberantas korupsi.Padahal, 300 tahun lagi kita sudah menyatu dengan tanah.
Ya,negeri ini memang sudah begitu akut diserang virus korupsi.Korupsi telah menyebabkan banyak orang mudah frustasi.Lihat saja,ulah Arifin Wardiyanto asal Yogyakarta melakukan aksi menyayat keningnya sendiri dengan pisau cutter. Aksi ini dilakukan di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jl.HR. Rasuna Said,Jakarta Selatan, Kamis (15/9) lalu.
Arifin beralasan, ia nekat menyayat keningnya karena tak puas dengan kinerja KPK dalam memberantas korupsi. Arifin mungkin satu di antara sekian banyak warga negeri ini yang frustasi.Ia pun memilih jalan yang tak lazim itu,yakni melukai diri sendiri. Tapi tak jarang warga negeri ini yang juga merasa frustasi atas virus korupsi ini.Tapi memilih jalan yang berbeda.Misalnya jalan demonstasi,dialog, mencari data-data dugaan korupsi,atau hanya memilih diam saja.
Tapi banyak pula masyarakat yang frustasi akibat meyakini jika korupsi di negeri ini tak mungkin diberantas lagi. Maka mereka lalu memilih jalan ikut korupsi,dan berkata “Enak saja,masak Gayus saja yang bisa korupsi dan mengeruk uang negera miliaran rupiah. Masak Nazarudin saja yang bisa membeli tas seharga motor.Saya pun bisa,meski kecil-kecilan.Gayus dan Nazarudin itu kan pas lagi apes saja sekarang”.
Jika dulu masyarakat memaknai korupsi sebagai tindakan mencuri,tapi kini ada pergeseran makna.Korupsi tak lagi diopinikan sebagai tindakan mencuri,melainkan sebagai penyalahgunaan wewenang atau penyelewengan uang negara.Akibatnya korupsi hanya persoalan menyalahi aturan,dan tak berkaitan langsung dengan menyalahi moral, apalagi melanggar hukum agama.
Makna korupsi yang demikian terus menggelinding menjadi opini publik.Pejabat tak lagi khawatir bersentuhan dengan praktik korupsi.Karena korupsi dipandang hanya persoalan memaknai undangundang. Perbedaan memaknai aturan, bisa berdampak pada perbedaan memaknai apakah tindakan itu korupsi (mencuri) atau hanya kesalahan administrasi. Tindakan korupsi pun menjadi bukan tindakan tercela, karena hanya persoalan beda pandangan akan sebuah aturan saja.
Akhirnya,korupsi di negeri ini menjadi bukan sesuatu yang perlu ditakuti lagi.Pertama, karena tak semua koruptor bisa dijebloskan ke penjara. Kedua,seseorang yang diduga melakukan korupsi bisa ‘bermain’ pada ranah pembuktian, karena korupsi sulit dibuktikan. Ketigadan seterusnya, tindakan korupsi bisa ‘dibenarkan’ melalui opini publik yang terus dibangun,sehingga koruptor akan tetap dipuji masyarakat di kemudian hari.
Ah,ngomong soal korupsi koktiba-tiba saya teringat cerita dari seorang kawan.Alkisah di akherat nanti setiap orang berkumpul sesuai asal negaranya. Setiap negara ditandai dengan jam dinding yang putaran jam-nya tergantung pada tingkat korupsi di negerinya. Warga Thailand sempat bertanya “Malaikat,kok jam kami berputar cepat?”.Malaikat menjawab “Karena di negeri anda korupsi sangat tinggi”. Berbeda dengan jam milik negara Singapura yang berputar pelan.“Karena di negeri anda angka korupsinya kecil,” kata sang malaikat.
Lalu di tempat orang Indonesia,semua ribut karena jam dindingnya tidak ada. “Di mana jam kami?,”tanya salah satu warga Indonesia.“Anda dari mana?”. Dengan serentak dijawab “kami dari Indonesia”.Sang malaikat pun menjawab dengan tenang “maaf ya,jam anda kami pinjam untuk kipas angin. Tuh ada di sudut”.Salam.
Minggu, 18 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar